Pusat kota adalah suatu titik/tempat/daerah pada suatu kota yang memiliki peran sebagai pusat dari segala kegiatan kota antara lain politik, sosial budaya, ekonomi dan teknologi (Yunus 2002;107). Peran tersebut dijalankan melalui jasa pelayanan yang diberikan oleh fasilitas-fasilitas umum maupun sosial yang ada didalamnya. Oleh karena itu, suatu pusat kota harus memiliki kelengkapan fasilitas yang baik dan memadai. Dalam kaitannya dengan peran dari sebuah pusat kota, maka teori Christaller tentang ambang penduduk (Threshold Population) wilayah cakupan layanan (Market Range) mengambil peranan penting. Fasilitas-fasilitas tersebut harus dapat melayani seluruh penduduk kota, dan juga mencakup seluruh bagian wilayah kota. Pertumbuhan maupun perkembangan yang terjadi pada suatu kota akan sangat mempengaruhi kinerja dari pusat kota. Semakin luas suatu kota, maka akan semakin menambah ”beban” yang ditanggung oleh pusat kota. Hal tersebut berdampak langsung terhadap perkembangan pemanfaatan lahan yang semakin terbatas di pusat kota, maka dari itu perlu diketahuinya mengenai pusat pertumbuhan kota.
Pembentukan struktur kota merupakan imbas pertumbuhan besar-besaran dari populasi kota, yang mana merupakan pengaruh dari munculnya arus transportasi, pejalan kaki, menggambarkan bahwa ada 3 model struktur kota. Yang pertama adalah teori konsentris oleh Burgess, Teori Sektor oleh Hoyt, dan Teori Pusat Kegiatan Banyak oleh C.D Harris dan F.L Ullmann. (Yunus 2002;124).
A. Teori Konsentris
Daerah pusat kegiatan merupakan pusat kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan politik dalam sesuatu kota sehingga pada zona ini terdapat bangunan utama untuk kegiatan sosial ekonomi budaya dan politik. Rute-rute transportasi dari segala penjuru memusat ke zona ini sehingga zona ini merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi. Zona ini oleh Burgess 1925 dianggap sebagai The Area of Dominance. (Yunus 2002;5).
Disini terjadi proses persaingan dimana yang kuat akan mengalahkan yang lemah yang kemudian mendominasi ruangnya. Kegiatan atau penduduk pada zona tertentu akan mengekspansi pengaruhnya ke zona yang lain dan makin lama akan terjadi proses dominasi dan akhirnya akan sampai pada tahap suksesi dimana seluruh bentuk kehidupan sebelumnya secara sempurna telah tergantikan oleh bentuk-bentuk baru.
Dengan menuangkan hasil penelitiannya pada pola konsentris sebagaimana dikemukakan Burgess, ternyata pola sewa tempat tinggal di Amerika cenderung terbentuk sebagai Pattern Of Sector dan bukannya pola zona konsentris.
Kecenderungan pembentukan sektor ini memang bukannya terjadi secara kebetulan tetapi terlihat adanya asosiasi keruangan yang kuat dengan beberapa variabel. Menurut Hoyt kunci terhadap peletakan sektor ini terlihat pada lokasi High Quality Area. Kecenderungan penduduk untuk bertempat tinggal adalah daerah-daerah yang dianggap nyaman dalam arti yang luas. Nyaman dapat diartikan dengan kemudahan-kemudahan terhadap fasilitas, kondisi lingkungan baik alami maupun non alami yang bersih dari polusi baik fisikal maupun non fisikal, prestise yang tinggi karena dekat dengan tempat tinggal orang-orang terpandang dan sebagainya. (Yunus 2002;20).
Dalam teori ini terjadi proses filterisasi dari penduduk yang tinggal pada sektor-sektor yang ada dan Filtering Process sendiri hanya berjalan dengan baik bila Private Housing Market berperan besar dalam proses pengadaan rumah bagi warga kota atau dengan kata lain dapat diungkapkan bila Public Housing Market berperanan besar dalam pengadaan rumah maka proses penyaringan tidak relevan lagi. Untuk lebih jelasnya mengenai teori sektoral dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Walaupun Better Housing tersebar mengikuti sektor-sektor tertentu namun ternyata distribusi umur bangunan cenderung menunjukkan pola penyebaran konsentris. Hal ini wajar karena pembangunan-pembangunan baru, baik untuk perumahan atau bukan perumahan pada umumnya berkembang kearah luar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa disatu sisi penyebaran bangunan rumah berdasarkan umur masih terlihat konsentris, namun disisi lain penyebaran rumah berdasarkan kualitas fisik mengikuti pola sektoral. Sejalan dengan kenyataan ini, teori Hoyt merupakan karya yang memperbaiki dan melengkapi teori Burgess dan bukannya berupa pengubahan radikal dari teori konsentris. Dalam model diagram yang dikemukakan jelas sekali terlihat adanya dua unsur diatas, yaitu persebaran penggunaan lahan secara sektoral disatu pihak dan persebaran penggunaan lahan secara ‘konsentris’ dilain pihak.
C. Teori Pusat Kegiatan Banyak (Multiple Nuclei)
Teori ini menggambarkan bahwa kota-kota besar akan mempunyai struktur yang terbentuk atas sel-sel, dimana penggunaan lahan yang berbeda-beda akan berkembang disekitar titik-titik pertumbuhan atau Nuclei didalam daerah perkotaan. Perumusan ide ini pertamakali diusulkan oleh C.D Harris dan F.L Ullmann tahun 1945. (Yunus 2002;44)
Disamping menggabungkan ide-ide yang dikemukakan teori konsentris dan teori sektor, teori pusat kegiatan banyak ini masih menambahkan unsur-unsur lain. Yang perlu diperhatikan adalah Nuclei yang mengandung pengertian semua unsur yang menarik fungsi-fungsi antara lain pemukiman, perdagangan, industri, dll. Oleh karenanya teori ini mempunyai struktur keruangan yang berbeda dengan teori konsentris dan teori sektoral.
Sumber : Yunus, Hadi. 2002. Struktur Tata Ruang Kota. Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Yunus, Hadi. 2005. Manajemen Kota. Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.